Jumat, 17 September 2010

PANTAI SUKAMADE


Kawasan TNMB secara geografis terletak pada 113058’38” – 113058’30” BT dan 8020’48” – 8033’48” LS sedangkan secara administratif terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.

Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang dikenal sebagai hutan tropis dataran rendah di Propinsi Jawa Timur bagian Selatan, memiliki keanekaragaman hayati yang tingggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfat obat, habitat fauna serta sebagai obyek dan daya tarik wisata alam yang tersebar pada areal seluas 58.000 Ha, dengan luas daratan 57.155 Ha dan perairan 845 Ha.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-V/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, bahwa TNMB mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan TNMB dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai-nilai penting yang terkandung dalam taman nasional seperti perkonservasian fungsi hidrologi, potensi flora fauna, dan potensi obyek dan daya tarik wisata alam, sangat besar manfaatnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan lindung yang penetapannya berdasarkan Besluit van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel yaitu pada tanggal 29 Juli 1931 Nomor: 7347/B serta Besluit Directur van Economiche Zaken tanggal 28 April 1938 Nomor : 5751, kemudian pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk sebagai Calon Suaka Alam dan pada periode berikutnya kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa seluas 50.000 Ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 276/Kpts/Um/ 6/1972 tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap jenis Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica).

Kemudian pada tahun 1982 berasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 529/Kpts/Um/6/1982 tanggal 21 Juni 1982 kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 Ha. Perluasan ini mencakup wilayah Perkebunan Bandealit dan Sukamade Baru seluas 2.155 Ha, serta kawasan hutan lindung sebelah Utara dan kawasan perairan laut sepanjang Pantai Selatan seluas 845 Ha.

Pada perkembangan berikutnya yaitu dengan diterbitkannya surat pernyataan Menteri Pertanian Nomor : 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 Suaka Margasatwa Meru Metiri dinyatakan sebagai Calon Taman Nasional, Pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Penunjukan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 277/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak pada dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha.

Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) memiliki tiga ekosistem berbeda yakni mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah.

Taman nasional ini merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.

Selain itu, Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea).

Taman Nasional Meru Betiri terkenal sebagai habitat terakhir harimau loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka dan dilindungi. Sampai saat ini, satwa tersebut tidak pernah dapat ditemukan lagi dan diperkirakan telah punah. Punahnya harimau loreng Jawa berarti punahnya tiga jenis harimau dari delapan jenis yang ada di dunia (harimau Kaspia di Iran, harimau Bali dan harimau Jawa di Indonesia).

Taman nasional ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan habitat penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade. Di pantai tersebut dibangun beberapa fasilitas sederhana untuk pengembangbiakan penyu agar tidak punah.

Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi di TNMB antara lain Pantai Rajegwesi. Di pantai tersebut, Anda dapat melakukan wisata bahari, berenang, pengamatan satwa atau tumbuhan serta wisata budaya (nelayan tradisional). Di padang rumput Sumbersari, dapat dilihat aneka satwa seperti sambar, rusa, kijang. Pantai Sukamade cocok untuk kegiatan berkemah, berselancar angin, dan pengamatan flora dan fauna, terutama aktivitas penyu yang sedang bertelur. Adapun penjelajahan hutan, wisata bahari, dan berenang dapat dilakukan di Teluk Hijau.

Musim kunjungan terbaik: bulan Februari s/d Juli setiap tahunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar